Mengapa Putaran Terakhir Tidak Adil

Saya tidak bermain mahjong untuk menang. Saya bermain untuk mendengar keheningan di antara kartu, irama tangan yang tahu kapan harus melipat. Setiap kartu yang terungkap pola lebih tua dari ingatan: 13 yatim, tangan bersih, tuju pasangan—bukan acak, tapi terkode. RNG tak melempar dadu; ia menggema matematika leluh. Pemain sejati tak mengejar hadiah—mereka melacak probabilitas seperti filosof yang melacak bintang.

Saya menyaksikan pemain baru meraih ‘free spin’ seperti peziarah di altar emas—hanya untuk memahami aturan sebelum bertaruh. Tangan berisiko? Bukan perjudian. Itulah liturgi.

Kasino bukan neon yang bising—ia adalah katedral ukir dari bambu dan tinta. Meja? Ritus suci di mana kesabaran bertemu presisi. Anda tak butuh keberuntungan—Anda butuh kalibrasi.

Lihat putaran terakhir Anda lagi. Apakah itu tidak adil? Atau apakah Anda salah membaca sinyal? Apakah Anda salah mengira tempo sebagai kebetulan? Di dunia saya, keadilan dirancang—bukan diberikan.