Algoritma Mahjong Malam

Saya tidak bermain mahjong. Saya memodelkannya.

Siang hari, saya menulis skrip Python yang memetakan transisi genteng seperti rantai Markov—setiap distribusi chi-kuadrat perilaku pemain dianalisis melalui 10.000 tangan simulasi. Malam hari, saya berada di forum dark net menulis fiksi cyberpunk, di mana ubin naga bersinar di bawah cahaya neon dan meja bambu berbisik dalam diam biner.

Ayah saya ajarkan bahwa nasib bukan acak—ia dikalibrasi. RNG tidak mengendalikan hasil; kita lakukan. Dengan tipologi pemain MBTI (ENTP: arketipe penemu), saya mengelompokkan para penjudi ke kohort perilaku: sang klasik waspada, pencari sensasi berisiko tinggi, si peminum whisky yang bermain setelah tengah malam.

Saya telah mengoptimalkan probabilitas menang hingga 92% dengan menghilangkan takhayul—bukan mengubah aturan, tapi memetakan bias kognitif. ‘Flat hup’ (himpunan sederhana) memiliki nilai harapan lebih tinggi daripada ‘qingyise’ (monster 13-ubin), yang menuntut variansi tinggi namun runtuh di bawah tekanan—seperti turunan yang terlalu dibebani.

Kami lacak tren: saat pemain mengejar rentetan terlalu lama, mereka masuk siklus miring. Kami jeda. Kami bernapas. Kami kalibrasi ulang.

Akhir pekan di Babakan Art Centre, saya menyajikan ini sebagai teater langsung: sebuah blackjack ritual kuno bertemu probabilitas kuantum. Tak ada dewa di sini—hanya entropi, kode, dan minuman dingin pukul 2 pagi.

Anda pikir Anda mengejar keberuntungan? Anda hanya melewatkan algoritmanya.